DPD LDII

Kisah Kematian yang Melebihi Mati Syahid

09 Juli 2019

Ketua Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), KH. Aceng Karimullah memberikan tausyiah mengenai seseorang yang meninggal dengan keadaan syahid vs seseorang yang meninggal dengan keadaan biasa. Manakah yang lebih utama?

            Kebanyakan orang pasti memilih meninggal dalam keadaan syahid. Namun dalam cerita yang diungkapkan oleh KH. Aceng Karimullah, lebih utama meninggal dalam keadaan biasa. Pasti banyak orang yang bertanya-tanya? Mengapa bisa?

            Dalam kesempatan kali ini, KH. Aceng menceritakan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Sebuah cerita yang mungkin terdengar tidak asing bagi anak-anak, khususnya generasi penerus kita. “Cerita ini tidak hoax, cerita ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah,” tegasnya.

            Cerita ini berawal dari sahabat Nabi yaitu Thalhah bin Ubaidillah. Thalhah menceritakan dua orang pemuda yang berasal dari Bali. “Ternyata di Arab, ada kampung bernama Kampung Bali,” ceritanya mengawali. Kedua pemuda itu bertemu dengan Nabi dan masuk Islam bersama-sama. “Saat keberangkatan dua pemuda ini, katakanlah bareng atau sama.” KH. Aceng menyebutkan salah satu dari dua orang tersebut yang bisa disebut si A. “Si A ini orang yang militan dan sering mengikuti peperangan. Sampai suatu ketika dalam peperangan si A ini gugur dalam medan perang dan gugur dengan keadaan mati syahid,” katanya. Lalu, KH. Aceng menyebutkan si B meninggal satu tahun setelah A gugur dalam medan perang. “Si B meninggal setahun kemudian di dalam rumahnya. Meninggalnya ini dalam keadaan meninggal biasa tidak tergolong meninggal dalam keadaan syahid,” lanjutnya.

            Suatu ketika Thalhah bin Ubaidillah yang meriwayatkan hadis ini mengungkapkan pernah bermimpi. “Saya bermimpi seakan-akan telah berada di depan pintu surga dan bertemu dengan dua pemuda tadi,” ungkap Thalhah. Namun, anehnya dalam cerita Thalhah, si B dipersilahkan lebih dahulu masuk ke dalam surga. “Tak lama kemudian bertemu dengan petugas yang berada dalam surga untuk mempersilahkan si B terlebih dahulu masuk ke dalam surga.” Lalu petugas datang kembali untuk mempersilahkan si A masuk ke dalam surga. “Usai si A masuk surga, hati saya berdebar-debar dan memiliki prasangka bahwa setelah si A masuk surga, pasti saya yang masuk ke dalam surga,” ujar Thalhah.

            Dalam lanjutan ceritanya, petugas di surga itu mengatakan ucapan yang mengejutkan kepada Thalhah.

“Kamu (Thalhah) pulang saja, kamu belum waktunya masuk ke dalam surga ini,” ujar petugas surga. Akhirnya, Thalhah terbangun dari tidurnya dan bercerita kepada sahabat-sahabatnya. Dalam cerita tersebut, sahabat Thalhah merasa heran dengan cerita Thalhah seraya mengatakan “Kok, bisa ya, orang yang mati biasa masuk surganya bisa lebih dulu daripada orang yang mati syahid?”

            Banyak pertanyaan yang mengganggu para sahabat, sampai akhirnya cerita Thalhah ini terdengar oleh Rasulullah SAW. Saat itu, Nabi Muhammad bertanya kepada para sahabatnya. “Apa yang buat kalian heran?,” tanya Nabi. Para sahabat menjawab, “Kami heran karena si B masuk surga duluan daripada si A.” Lantas Rasulullah SAW menjawab dengan tenang. “Tidak ada yang perlu diherankan. Bukankah si B karena meninggal setahun kemudian. Akhirnya dia bertemu sekali lagi dengan bulan Ramadan,” kata Rasulullah SAW. Dalam setahun tersebut, tentunya si B banyak mengerjakan shalat dan berbuat baik lainnya.

            K.H Aceng menutup nasehat dengan memberi motivasi kepada generasi penerus. “Mudah-mudahan Allah memberi umur kepada kita sehingga sampai pada akhir bulan Ramadan.”

            Kesempatan (Ramadan) yang bagus untuk kita sebagai orang iman. Ukurannya orang yang mati syahid bisa kalah dengan orang yang meninggal biasa, bilamana seseorang bisa memanfaatkan bulan Ramadan ini untuk beribadah dengan sebaik-baiknya. K.H Aceng berpesan, mari meniatkan diri dan memanfaatkan Ramadan sebaik-baiknya. Niat yang baik Allah akan catat sebagai pahala, bila dilakukan dengan sungguh-sungguh, pahalanya berlipat ganda. (Wicak / Lines)

Sumber: LDII TV Oase Hikmah Tausyiah KH. Aceng Karimullah (06 Mei 2019)