DPD LDII

Bersyukur, Paradigma Keyakinan Menurut Para Ahli

09 Juli 2019

Syukur merupakan paradigma yang menurut para ahli adalah pola pikir, konsep dasar atau sebuah keyakinan. Bersyukur menjadi salah satu hal yang wajib bagi umat islam. Allah berfirman: “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (Qs. Al Baqarah: 152)

            Setiap orang memiliki paradigma yang berbeda-beda tentang bersyukur. Sebagian orang bersyukur karena dapat meraih kesuksesan tertentu, sebagian lagi sangat bersyukur jika dalam satu hari saja dapat makan atau mandi dengan air yang bersih tanpa harus bersusah payah mendapatkannya, dan banyak orang juga menganggap bernapas tanpa menggunakan alat bantu dan menghirup udara yang segar mengandung bagian dari nikmat yang harus disyukuri.

            Bersyukur merupakan salah satu tali keimanan. Maksudnya dengan bersyukur membuat seorang mukmin tidak mudah terjerumus dalam perbuatan maksiat, karena bersyukur membuat seseorang menjadi lebih sabar. Dilansir dalam majalah Time, penelitian dari Northeast University menemukan bahwa orang mensyukuri hal-hal remeh setiap harinya menjadikan seseorang lebih sabar dan mampu membuat keputusan yang rasional, dibandingkan yang tidak bersyukur.

            Dari sisi kesehatan, bersyukur juga membuat orang dapat menghargai dirinya sendiri. Para peneliti menemukan hubungan tingkatan dalam bersyukur terhadap kesehatan secara fisik dan psikologis, serta kebiasaan yang berdampak bagi kesehatan seperti olahraga dan menjalankan gaya hidup sehat dan rutinitas cek kesehatan, menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal tersebut menunjukkan bersyukur dapat membuat orang lebih menghargai dirinya sendiri, berdasarkan pernyataan jurnal yang dirilis Personality and Individual Differences.

            Kurangnya rasa syukur pada akhirnya memicu depresi dan ketidak bahagiaan individu, karena seseorang selalu merasa dirinya gagal mencapai hal yang lebih dibandingkan orang lain. Di zaman ini, sosial media seperti dua mata pisau. Selain memberikan pengaruh positif, social media juga memberikan pengaruh negatif bagi orang yang belum bijak dalam menggunakannya.

            Beberapa orang terobsesi membandingkan kehidupan dirinya dengan kehidupan orang lain karena sosial media. Padahal apa yang diperlihatkan seseorang di sosial media terkadang berbanding terbalik dengan kenyataan. Bahkan, tanpa dia sadari banyak orang lain tidak memiliki kehidupan yang sekarang dia jalani.

            Dalam Al-Quran, Allah berfirman: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa yang kufur (tidak bersukur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (Qs. Luqman : 12).

            Sebuah riset menunjukkan adanya penurunan gejala depresi pada orang yang bersyukur. Dalam jurnal yang berjudul ‘Strength-Based Positive Interventions: Further Evidence for Their Potential in Enhancing Well-Being and Alleviating Depression’ menjelaskan pengaruh intervensi positif dan penurunan gejala depresi. Menurut Gander et al (2012) kebahagiaan dan gejala depresi dapat diubah ke arah yang diinginkan melalui berbagai intervensi positif.

            Eksperimen dilakukan dengan cara peserta diminta untuk menuliskan tiga hal yang berjalan baik dan menyenangkan bagi mereka dan menjelaskan mengapa hal-hal itu terjadi dalam sehari selama seminggu. Hasilnya menunjukkan orang yang bersyukur berhasil meningkatkan kebahagiaan dan menurunkan gejala depresi mereka dari waktu ke waktu.

            Selain itu, bersyukur dapat meningkatkan peluang kesuksesan individu. Dilansir dari CNBC.com, penelitian ilmiah dari psikolog terkemuka menunjukkan bahwa orang yang bersyukur lebih cenderung bahagia dan sukses. Hal tersebut dikarenakan kebahagiaan memainkan peran penting dalam karir dan bisnis. Orang yang positif cenderung akan mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik dan mendapat evaluasi yang menguntungkan, dibandingkan yang tidak. Pernyataan tersebut juga didukung dalam sebuah jurnal Psikologi bertajuk 'Does Savoring Increase Happiness? A Daily Diary Study'.

            Allah sejatinya telah memberikan kita banyak kenikmatan. Mulai dari nikmat sehat yang selalu kita sepelekan, kewarasan yang mungkin tidak pernah kita bayangkan bagaimana jika Allah menakdirkan kita hilang akal dan juga tanpa kita sadari menyia-nyiakan waktu senggang untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat. Masih banyak lagi kenikmatan yang telah Allah berikan.

            Bagian terpentingnya bahwa Allah tidak memerintahkan hambanya untuk menghitung semua kenikmatan tersebut, melainkan cukup untuk disyukuri. Allah berfirman:

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nahl: 18)

            Dan pada akhirnya rasa syukur-lah yang menolong kita dari kemalangan dunia dan akhirat,

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami (Allah) akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Qs. Ibrahim: 7).(laras/LINES)

 

Sumber:

Holy Qur’an (Al-Quran)

http://time.com/5026174/health-benefits-of-gratitude/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3489271/

https://www.viacharacter.org/www/Portals/0/Relationships/Signature%20strengths%20and%208%20other%20CS%20interventions%20-%20Gander%20Proyer%20Ruch%20Wyss.pdf

https://www.cnbc.com/2016/11/04/being-grateful-improves-your-chances-of-success-studies-show.html

https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/17439760.2012.671345