DPD LDII

Diklat Dai Kamtibmas 2024, LDII Bekali Para Dai dengan Pemahaman Dakwah Humanis

02 Oktober 2024

Kualitas seorang dai atau mubaligh tidak hanya bertumpu pada penguasaan materi saja, tetapi kualitas ruhiyah dan kemampuan beretorika juga dibutuhkan. Hal itu diungkapkan Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo KH Fachrur Rozi, di hadapan sekitar 100 pendakwah peserta Diklat Da’i Kamtibmas 2024 yanag digelar Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Semarang, di Hotel Grasia Semarang, Sabtu (28/9/2024).

Karena itu, menurut Rozi yang juga Ketua PD Muhammadiyah Kota Semarang tersebut, untuk berdakwah di tengah umat harus mempunyai kompetensi sebagai seorang pendakwah.

“Untuk memenuhi kompetensi atau kualitas, seorang dai setidaknya harus selalu meningkatkan kualitas ilmu, kualitas ruhiyah, dan retorika dakwah,” katanya. Menurut dia, kemampuan beretorika perlu diasah lebih mendalam. Sebab, satu materi yang sama, tetapi disampaikan oleh orang yang oleh pendakwah.

“Belajar retorika untuk mengasah kemampuan berbicara dengan singkat, jelas, padat, dan mengesankan. Bangunlah komunikasi dengan audiens, melalui seluruh kepribadian Anda, dengan wajah, tangan dan tubuh Anda,” terangnya.

Dakwah Humanis

Rozi mengingatkan da’i untuk menerapkan prinsip-prinsip dakwah yang humanis. Prinsip tersebut antara lain alqudwah qabla dakwah yakni memberi keteladaan sebelum mengajak atau berdakwah. Prinsip lain adalah attalif qabla ta'rif, yaitu membangun komunikasi dengan kelembutan antara dai dan mad'u.

“Tundukkan hati umat dengan kasih sayang dan akhlak. Rasulullah menundukkan hati orang sebelum menjelaskan Islam,” katanya.

Selanjutnya, kata dia, at tadarruj fittakalif. Yakni beban harus bertahap sesuai tingkat perkembangannya umat yang beragam.

“Pendakwah harus bisa menyesuaikan dengan kemampun audiens. Jangan membahas zakat di depan orang miskin,” katanya.

Sementara itu, Ketua LDII Kota Semarang H Suhindoyo P, menyampaikan tujuan digelarnya diklat untuk mengembangkan kemampuan dai dan daiyah agar makin luwes dan fleksibel dalam berdakwah. Menurutnya, selama ini ia merasa dai LDII terjebak pada materi-materi internal sehingga ketika ke luar, susah menyesuaikan diri.

“Maka kami mengundang Pak Kiai Rozi yang menurut pandangan kami, beliau punya wawasan luas untuk berbagi ilmu. Untuk memberikan suatu pemahaman tentang dakwah yang humanis. Seperti perbedaan fiqih harus dipahami dengan bijak,” katanya.

Seperti yang disampaikan Ketua DPD LDII Kota Semarang, LDII berkomitmen untuk membangun sebuah pemahaman yang humanis di masyarakat. Dengan diklat tersebut, Suhindoyo berharap, para mubaligh LDII bisa bertambah wawasan dan dapat mempraktikkannya saat berdakwah di tengah masyarakat luas.***