.jpeg)
Keluarga merupakan akses pendidikan pertama dan utama dalam berbagai macam aspek pengetahuan. Di dalam keluarga anak diajak untuk memahami pentingnya kesehatan dan pola hidup sehat sehat sejak dini. Hal itu diungkapkan Ketua LDII Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) Siti Nurannisaa menanggapi Hari Anak Nasional yang ditetapkan pada 23 Juli. Penetapan itu selaras dengan pengesahan Undang-Undang No.4 Tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak.
Nisa menjelaskan, anak memahami dan sadar mengenai kesehatan diawali didikan keluarga. "Setelah itu berlanjut ke lembaga pendidikan," ujarnya. "Tanpa akses pendidikan itu, anak-anak tidak mendapatkan pengetahuan yang diperlukan tentang praktik kesehatan yang baik, kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan akses mereka ke berbagai fasilitas hidup terhambat," kata Nisa.
Dalam hal itu, lembaga pendidikan dan lingkungan juga berperan mengintegrasikan program kesehatan dalam kurikulum ajar. Nisa mencontohkan, sekolah yang baik menyediakan layanan kesehatan dasar, imunisasi, serta pemeriksaan kesehatan rutin. Karenanya orang tua perlu sadar hak anak untuk sekolah. "Anak-anak yang tidak bersekolah akan kehilangan akses ini, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang tidak terdeteksi dan tidak diobati," katanya.
Berdasarkan laman UNICEF PBB, yang telah menetapkan Konvensi Hak Anak (KHA), pada pasal 24 diketahui bahwa anak berhak jaminan untuk tumbuh sehat dan mendapat pendidikan layak di sekolah oleh negara.
Hak Mendapat Pendidikan dan Kesehatan dengan Pembiasaan
Pendidikan lewat kebiasaan yang optimal, kata Nisa, membuat anak-anak belajar tentang pentingnya kesehatan sejak usia dini serta gaya hidup sehat. "Kebiasaan hidup sehat yang membentuk perilaku akan bertahan seumur hidup. Dan sekolah-lah yang mengajari program kesehatan berkelanjutan," kata Dosen Ilmu Komunikasi Visual Universitas Tarumanegara itu.
Keteladanan menjadi salah satu unsur penting dalam pembiasaan karena itu orang dewasa di sekitar anak juga perlu menerapkan gaya hidup sehat. Sifat anak-anak salah satunya adalah meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka, "Dengan menunjukkan perilaku sehat akan memberikan pengaruh positif. Sekolah juga bisa mempromosikan kesehatan lewat kampanye yang bekerjasama dengan orang tua atau lingkungan sekitar."
Tak hanya kesehatan fisik, stakeholder pendidikan anak perlu memahami dan menyadari pengelolaan mental anak lewat bimbingan konseling. Hal itu diperlukan agar anak mampu mengelola stres sejak dini, meregulasi emosi, dan mengembangkan bakat serta keterampilan yang dimiliki.
LDII salah satunya menjadi penyedia edukasi kesehatan dari unsur keluarga sampai pendidikan formal, informal, dan non formal sejak usia dini dan berkelanjutan. Lembaga pendidikan yang dinaungi LDII baik sekolah atau pondok pesantren telah mengupayakan penyediaan unit kesehatan serta berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan stake holder setempat untuk edukasi kesehatan berkelanjutan melalui penyuluhan, pembinaan, seminar, workshop, dan lainnya.
Sinergi tersebut menjadi upaya positif meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam praktek kesehatan yang baik. Karena itu, Nisa menekankan, lembaga pendidikan juga perlu bersinergi dengan semua pihak dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan sehat dengan memastikan fasilitas kebersihan dan sanitasi memadai, makanan bergizi di kantin, hingga perlindungan dan pencegahan dari berbagai tindak kekerasan atau bullying.
Dalam kesempatan lain Ketua DPD LDII Kota Semarang, H. Suhindoyo P, S.E, M.M. menjelaskan bahwa anak adalah aset bangsa dan negara di masa yang akan datang. “Anak adalah aset bangsa ini. Menjadi kewajiban kita semua untuk mempersiapkan generasi yang siap mewarisi dan melanjutkan perjuangan para peminpin bangsa sekarang ini,” jelasnya. Kesiapan para penerus bangsa ini tiadak hanya berkaitan dengan maslah fisik, kesiapan mental dan dan psikisnya juga mendapat perhatian kita semua.